PROSES
KEBANGKITAN NASIONAL INDONESIA
1. Lahirnya Nasionalisme Di Indonesia
Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian dari Nasionalisme
yaitu sebagai berikut ini :
1) Joseph
Ernest Renan. Nasionalisme adalah sekelompok individu yang ingin bersatu
dengan individu-individu lain dengan dorongan kemauan dan kebutuhan psikis.
Sebagai contoh adalah bangsa Swiss yang terdiri dari berbagai bangsa dan budaya
dapat menjadi satu bangsa dan memiliki Negara.
2) Otto
Bauer mengatakan. Nasionalisme adalah kesatuan perasaan dan perangai yang
timbul karena persamaan nasib, contohnya nasionalisme Negara-negara Asia.
3) Hans
Kohn. Nasionalisme
adlah kesetiaan tertinggi yang diberikan individu kepada Negara dan bangsa.
4) Louis
Snyder. Nasionalisme adalah hasil dari factor-faktor politis,
ekonomi, social dan intelektual pada suatu taraf tertentu dalam sejarah.
Sebagai contoh timbulnya nasionalisme di Jepang.
Nasionalisme
Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia
untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Nasionalisme
pada awalnya berkembang di Eropa pada akhir abad 18 yang berlaku suatu paham
bahwa setiap bangsa harus membentuk suatu Negara sendiri dan bahwa Negara itu
harus meliputi seluruh bangsa masing-masing. Kebanyakan bangsa-bangsa itu
memiliki factor-faktor obyektif tertentu yang membuat mereka berbeda satu sama
lain, misalnya persamaan keturunan, persamaan bahasa dan daerah budaya,
kesatuan politik, adat istiadat dan tradisi atau juga karena persamaan agama.
Gerakan nasionalisme dan cita-cita kebangsaan yang berkembang di Eropa pada
hakikatnya memiliki sifat cinta kebangsaan.
Nasionaisme
yang berkembang di Eropa kemudian menjalar ke seluruh dunia. Memasuki awal abad
20 nasionalisme mulai berkembang di Negara-negara Asia dan Afrika termasuk
Indonesia. Nasionalisme di Asia dan Afrika bukan hanya suatu perjuangan
kemerdekaan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan, tetapi memiliki
tujuan yang lebih mendalam, sehingga nasionalisme itu memiliki beberapa aspek
yaitu seperti :
1. Aspek
Politik
Nasionalisme bersifat menumbangkan
dominasi poltik imperialisme dan bertujuan menghapus pemerintah colonial.
2. Aspek
Sosial Ekonomi
Nasionalisme bersifat menghilangkan
kesenjangan social yang diciptakan oleh pemerintah colonial dan bertujuan
menghentikan eksploitasi ekonomi.
3. Aspek
Budaya
Nasionalisme bersifat menghilangkan
pengaruh kebudayaan asing yang buruk dan bertujuan menghidupkan kebudayaan yang
mencerminkan harga diri bangsa serta dengan bangsa lain.
Dengan
demikian nasionalisme di Asia dan Afrika merupakan suatu perjuangan untuk
menumbangkan kolonialisme dan imperialisme. Yang dimaksud dominasi (asal kata
dominant=lebih kuat/kuasa) politik adalah suatu penguasaan penuh dalam bidang
g,politik, sehingga pemerintah ada ditangan penjajah, eksploitasi ekonomi
adalah pemerasan yang dilakukan melalui eksploitasi kekayaan alam, monopoli,
memeras tenaga kerja penduduk, sedangkan penetrasi (asal kata to penetrate =
menyusup/menerobos) kebudayaan adalah suatu pemaksaan kepada penduduk pribumi
untuk mengikuti kebudayaan bangsa penjajah.
Tekanan
dan pemaksaan dari pihak penjajah menimbulkan reaksi berupa penolakan dan
perlawanan rakyat untuk mengusir penjajah. Jadi dengan adanya kolonialisme dan
imperialisme menimbulkan reaksi bangkitnya semangat berkebangsaan. Perasaan
senasib sepenanggungan dan menyatukan kehendak dan tekad untuk lepas dari
penjajah merupakan inti dari nasionalisme Indonesia. Nasionalisme tersebut
lahir, tumbuh dan berkembang seirama dengan perjalanan sejarah, bahwa
perlawanan terhadap penjajah mengalami kegagalan. Berbagai upaya telah
dilakukan, namun tidak membuat penjajah angkat kaki dari bumi Indonesia.
Mengapa demikian? Disebabkan belum adanya kesadaran pentingnya persatuan dan
kesatuan guna melawan penjajah karena tingkat pendidikan bangsa Indonesia pada
saat itu masih rendah. Akhirnya, secara lambat laun kesadaran itu mulai muncul
dan berkembang.
Dan tumbuh
dan berkembangnya keragaman ideologi pergerakan nasional tidak dapat dilepaskan
dari kondisi dalam negeri dan keadaan international. Untuk itu ada 2 faktor
yang mempengaruhi munculnya nasionalisme di Indonesia yaitu apa yang disebut
dengan factor internal dan factor eksternal?
A. Faktor Internal
1. Perlakuan
diskriminatif dari colonial dan imperialis barat (Belanda) menimbulkan
kesengsaraan dan penderitaan terhadap rakyat Indonesia yang akhirnya
menimbulkan perasaan senasib. Contohnya tanam paksa, monopoli, diskriminasi
dsb.
2. Adanya
kenangan kejayaan masa lalu.
3. Timbulnya
kaum cerdik pandai akibat adanya politik Etnis Van Deventer. Golongan
terpelajar itu menyadari akan nasib bangsanya sehingga terbentuk kepribadian,
pola fikir dan etos juang yang tinggi untuk membebaskan diri dari penjajahan
yang disadari tidak hanya dicapai melalui perjuangan fisik tetapi juga melalui
kancah politik. Dan lahirnya kelompok terpelajar Indonesia tersebut menurut
Sartono Kartodiarjo disebut Nomines Novi, yaitu orang-orang yang terbentuk
karena factor pendidikan dan memiliki sikap, pandangan dan orientasi tentang
lingkungan masyarakatnya. Melalui kelompok ini paham demokrasi, nasionalisme,
komunisme dan liberalism masuk.
4. Lahirnya
kelompok terpelajar islam. Mereka menjadi agen perubahan/agen pengubah cara
pandang masyarakat, bahwa senasib bangsa Indonesia tidak dapat diperbaiki
melalui belas kasih penjajah seperti melalui politik etis.
5. Kesadaran
Bangsa Indonesia akan harga dirinya sebagai suatu bangsa yang ingin hidup
bebas, merdeka seperti bangsa-bangsa yang lain. Hal tersebut menambah adanya
semangat persamaan derajat.
B. Faktor Eksternal
1. Munculnya
fase kesadaran pentingnya semangat nasional dan perasaan senasib.
2. Peristiwa
PD1 meyadarkan para terpelajar mengenai penentuan nasib sendiri.
3. Munculnya
dorongan untuk melawan imperialisme barat karena adanya konflik ideology antara
kapitalisme/imperialisme dengan sosialisme/komunisme.
4. Lahirnya
nasionalisme di Asia dan Afrika member inspirasi kaum terpelajar di Indonesia
bahwa imperialisme harus dilawan melalui organisasi modern.
5. Kemenangan
Jepang atas Rusia tahun 1904-1965, telah menyadarkan bangsa Asia khususnya
Indonesia akan kekuatan dan kemampuannya sebagai bangsa Asia yang telah mampu
mengalahkan bangsa Eropa yang selalui menganggap bangsa yang super.
Dengan
factor-faktor tersebut maka timbullah kesadaran nasionalisme sebagai bangsa
Indonesia sehingga mempunyai tekad dan kesadaran untuk memperoleh kembali
kemerdekaan Indonesia setelah beberapa ratus tahun dijajah bangsa Eropa.
Pada awal
abad ke 20, perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda tidak lagi
dilakukan dengan cara peperangan seperti halnya pada abad-abad sebelumnya. Jika
pada abad ke 17 hingga 19 perlawanan dilakukan melalui kekuatan senjata, maka
pada abad ke 20 perlawanan dilakukan melalui organisasi-organisasi yang
bergerak dalam bidang social budaya, ekonomi dan politik.
Organisasi-organisasi
tersebut sebagia organisasi pergerakan nasional. Mengapa disebut sebagai
organisasi pergerakan nasional? Karena organisasi-organisasi itu memiliki
beberapa ciri yaitu :
1. Keanggotaannya
tidak berdasarkan atas suku tertentu.
2. Sebagian
besar pemimpin organisasi pergerakan nasional itu berasal dari kalangan
terdidik yang memperoleh pendidikan Barat serta kelompok intelektual yang sudah
bergaul dengan berbagai bahasa, baik melalui sekolah di negeri Belanda maupun
yang telah menunaikan ibadah haji.
3. Organisasi-organisasi
tersebut mempunyai tujuan yang jelas bagi kepentingan seluruh bangsa di bidang
pendidikan, social, ekonomi, budaya dan politik.
4. Organisasi-organisasi
tersebut memiliki paham kebangsaan atau nasionalisme.
Dengan
kata lain Pergerakan Nasionalisme Indonesia yang terjadi pada awal abad ke 20
dapat diartikan sebagai pergerakan diseluruh wilayah Indonesia. Berasal dari
berbagai kelompok, suku, budaya, dan agama yang terhimpun dalam organisasi
pergerakan dan bertujuan untuk memajukan bangsa dengan tujuan akhir merdeka.
Tumbuh dan
berkembangnya nasionalisme Indonesia meliputi semua aspek kehidupan berupa semangat untuk memberdayakan ekonomi,
pendidikan, social, politik, dan budaya yang diwujudkan dalam bentuk perjuangan
organisasi pergerakan nasional yang moderat atau radikal yang mau bekerjasama
(kooperatif) atau tidak bekerjasama (non kooperatif) dengan pemerintah Belanda.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Ideologi Serta Organisasi
Pergerakan Nasional Indonesia
Nasionalisme
Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat adalah berdirinya Budi
Utomo. Budi Utomo menjadi pelopor berdirinya organisasi-organisasi di
Indonesia.
1. Budi Utomo (BU) 20 Mei 1908
Politik
Etis awal abad ke-20 membawa dampak munculnya “priyayi jawa baru” atau priyayi
rendahan, mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan.
Dilatar belakangi situasi ekonomi yang buruk di Pulau Jawa karena eksploitasi
penjajah Belanda, menyebabkan banyak anak priyayi rendahan yang pandai tapi
tidak dapat meneruskan sekolah karena tidak ada biaya. Sang Priyayi Baru, Dr.
Wahidin Sudirohusodo berusaha mencari dana untuk member bantuan kepada
anak-anak yang tidak dapat sekolah. Propagandanya disambut antara lain salah
seorang mahasiswa kedokteran sekolah Dokter Jawa, School Taf Opleding Van
Indische Arsten (Stovia) yaitu Sutomo.
Tujuan
Budi Utomo adalah melakukan pengajaran bagi orang jawa dan berusaha untuk
membangkitkan kembali budaya jawa. Jadi pendidikan barat dipadukan dengan
tradisi dan budaya Jawa. Tentu saja berdirinya Budi Utomo ini menimbulkan
banyak reaksi baik dari orang Belanda maupun Kaum Priyayi Jawa. Kaum Priyayi
adalah sebutan untuk orang-orang Jawa keturunan bangsawan. Ada yang berpendapat
bahwa kelahiran Budi Utomo merupakan renaissance atau kebangkitan budaya jawa.
Kaum priyayi menolak kehadiran Budi Utomo, karena kelahiran dan cita-cita Budi
Utomo dianggap mengganggu kestabilan kedudukan social mereka. Mereka merasa
terancam posisinya oleh gerakan anak muda tersebut.
Untuk
mencegah cita-cita Budi Utomo tersebut mereka mendirikan regent Bond Setia
Mulya di Semarang, tapi ada pula kaum priyayi yang progresif seperti bupati
Karang Anyar yang bernama Tirto Kusumo yang mendukung Budi Utomo. Walaupun
tujuan Budi Utomo masih samar-samar yaitu kemajuan bagi Hindia, tetap menarik
perhatian masyarakat, hanya dalam waktu enam bulan jumlah anggota Budi Utomo
sudah mencapai ribuan orang dan cabang-cabangnya tersebar di kota-kota besar
pulau jawa tapi anggota Budi Utomo terbatas hanya dari suku Jawa dan Madura.
Dalam
waktu satu tahun Budi Utomo berhasil menarik 10.000 anggaran yang berasal dari
40 cabang, seperti Yogyakarta, Madura, Bandung, Surabaya, Jakarta dll.
Untuk
konsolidasi organisasi pada tanggal 3-5 Oktober 1908 Budi Utomo
menyelenggarakan kongres yang pertama di Yogyakarta yang menghasilkan keputusan
yaitu :
a. Memajukan
pendidikan dan pengajaran
b. Mempertinggi
cita-cita kemanusiaan
c. Menggali
kembali kebudayaan bangsa dan ilmu pengetahuan
Dalam
perkembang selanjutnya anggota Budi Utomo kebanyakan terdiri dari kaum priyayi
dan pegawai negeri, apa akibatnya? Tujuan organisasi lebih diarahkan untuk
kepentingan rakyat banyak. Ketua Umum BU yang juga sebagai bupati lebih
memperhatikan reaksi pemerintah colonial daripada reaksi anggota atau rakyat
banyak. Dengan keanggotaan para priyayi jawa, maka sulit untuk memobilisasi
anggotanya. Lalu bagaimana reaksi golongan muda? Dengan perkembangan yang
demikian akibat terbatasnya jaringan interaksi atau hubungan organisasi, golongan muda yang keluar
diantaranya Soetomo, Goenawa Mangunjusumo dan Cipto Mangungkusumo. Golongan
pemuda di luar kultur jawa membentuk organisasi pemuda diantaranya Jong Ambon,
Jong Celebes, Jong Minahasa dan sebagainya. Di kalangan pemuda jawa berdiri
Sedyo Tomo dan Narpo Pendowo. Sementara itu Budi Utomo memperoleh status badan
hukum dari pemerintah colonial karena tidak memiliki tujuan politik dan
dianggap tidak berbahaya.
Sesuai
perkembangan jama BU akhirnya juga terjun dalam kegiatan politik, hal ini
terbukti ketika terjadi perang dunia 1 pada tahun 1915, Budi Utomo turut
memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan. BU mengusulkan kepada
pemerintah untuk membentuk Indiandsche Militie (Milisi untuk Bumiputera) untuk
mempertahankan Indonesia dari serangan yang dikemukakan dalam rapat umum di
Bandung pada tanggal 5-6 Agustus di Bandung. Menurut BU, untuk tujuan itu harus
dibentuk dewan perwakilan rakyat terlebih dahulu. Atas usulan BU tersebut maka
akhir Perang Dunia 1 dibentuklah Volksraad. Ketika dibentuk Volkscraad (Dewan
Rakyat), wakil-wakil Budi Utomo duduk di dalamnya dalam jumlah yang cukup
banyak. Tahun-tahun berikutnya usaha untuk memajukan organisasi ini tidak
begitu berhasil karena mulai muncul organisasi-organisasi baru sebagai
saingannya yang harus nasionalis dan lebih progress. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Budi Utomo merupakan
Organisasi. Pada tahun 1935 Budi Utomo berfusi dan bergabung dengan Partai
Indonesia Raya (Parindra). Walaupun kegiatan Budi Utomo lebih bersifat social
cultural, tapi kelahiran Budi Utomo merupakan pelopor pergerakan nasional
Indonesia pertama, sehingga tanggal berdirinya ditetapkan sebagai hari
kebangkitan nasional Indonesia. Secara politik dapat dikatakan Budi Utomo
kurang begitu pentingnya akan tetapi pergerakan inilah yang menyebar lebih
semangat nasionalisme untuk pertama kalinya.
2. Sarekat Islam (SI) 1911
Organisasi Serikat Islam pada
awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis
oleh R.M Tirtoadisuryo pada tahun 1909 dengan tujuan untuk melindungi hak-hak
pedagang pribumi Muslim dari monopoli dagang yang dilakukan untuk
pedagang-pedagang besar Tionghoa.
Kemudian tahun 1911 di Kota Solo
oleh Haji Samanhudi didirikan organisasi dengan nama Sarekat Dagang Islam
(SDI). Tujuan perkumpulan ini adalah untuk menghimpun para pedagang Islam agar
dapat bersaing dengan para pedagang asing seperti pedagang Tionghoa, India, dan
Arab. Mengapa demikian? Karena pada saat itu pedagang-pedagang tersebut lebih
maju usahanya daripada pedagang Indonesia dan keadaan itu sengaja diciptakan
oleh Belanda. Adanya perubahan social menimbulkan kesadaran kaum pribumi.
Sebagai ikatan solidaritas dan lambang kelompok, perlu ada ideology gerakan.
SDI merupakan organisasi ekonomi
yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar
penggeraknya. Dibawah ini pemimpin H. Samanhudi perkumpulan ini berkembang
pesat sehingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh dan akhirnya pada tahun
1912 oleh pemimpinnya yang baru yaitu Haji Omar Said Cokroaminoto namanya
diubah menjadi Sarekat Islam. Apa alasan pengubahan nama tersebut? Hal ini dilakukan
agar organisasi ini tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam
bidang lain seperti politik. Walaupun dalam anggaran dasarnya tidak terlihat
adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh perhatian besar
terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang
dilakukan oleh pemerintah colonial. Artinya SI memiliki jumlah anggota yang
banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.
Tujuan SI mencapai kemajuan rakyat
yang nyata dengan jalan persaudaraan, persahabatan, dan tolong menolong
diantara muslim. Tujuan utama SI 1913 adalah mengembangkan perekonomian.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan. SI Berkembang pesat, pada waktu
diajukan sebagai Badan Hukum, Gubernur Jenderal Idenburg menolak. Badan Hukum
hanya diberikan pada SI lokal. Dengan perubahan waktu akhirnya SI pusat diberi
pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret 1916. Setelah pemerintah
memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan
mengirimkan wakilnya ke Volkscraad tahun 1917. SI akhirnya mengalami
perkembangan yang pesat dibandingkan Budi Utomo dan mulai disusupi aliran
Revolusioner SOsialis, mengapa begitu? Karena SI tidak membatasi keanggotaannya
hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja.
SI sebagai organisasi besar akhirnya
terpecah setelah disusupi oleh orang-orang yang telah dipengaruhi oleh paham
sosialis. Paham sosialis ini disebabkan oleh Sneevlet yang mendirikan
organisasi ISDV (Indische Sosialistische Democratische Vereeninging). Mereka
menyebar luaskan ajaran sosialis dan terang-terangan menentang
kebijakan-kebijakan pimpinan Sarekat Islam. Hal ini menyebabkan SI pecah
menjadi SI putih yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto dan SI Merah dipimpin
Semaun. SI Merah berlandaskan Sosialisme Komunisme.
Pecahnya SI terjadi setelah Semaun
dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini ada kaitannya dengan kongres
SI ke-6 tahun 1921 tentang perlunya disiplin partai, seorang harus memiliki
antara SI atau organisasi lain tujuannya agar SI bersih dari unsur-unsur
komunis.
SI berubah nama menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI). pada kongres PSI tahun 1927 menyatakan bahwa tujuan
perjuangan adamencapai kemerdekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah
PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Serikat Islam
Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Akibat keragaman cara pandang
diantara anggota partai, PSII pecah menjadi partai politik, diantaranya Partai
Islam Indonesia dipimpin Sukiman PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno dan PSII
sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangan. Akibat sering terjadi
pertentangan akhirnya PSII mengalami kemunduran.
3. Indische Partij (IP) 1912
Partai ini merupakan partai pertama
yang menanamkan rasa kebangsaan dan pribumi Ernest Eugene Francois (EEF) Douwes
Dekker mengambil prakarsa mendirikan partai politik untuk golongan Indo dan
bercita-cita memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia mengajak Suwardi
Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo untuk mendirikan Indische Partij pada
tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Organisasi ini pada mulanya disebut juga
Partai Hindia. Tuntutan utamanya adalah penghapusan kolonialisme yang
mengeksploitasi rakyat dan Hindia Belanda. Indische Partij memiliki semboyan
Hindia untuk Hindia, mengerti bukan maksudnya? Ya, jadi menurut semboyan
tersebut adalah Hindia untuk orang Hindia bukan untuk orang Belanda. Dari
tuntutannya kita tahu bahwa pergerakan ini bercorak organisasi politik. Hindia
adalah sebutan untuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
Keanggotaan Indische Partij terbuka
untuk semua golongan. Dengan cita-cita mencapai Indonesia merdeka. Indische
Partij merupakan organisasi politik pertama di Indonesia. Perkembangan yang
sangat cepat dan pernyataan-pernyataannya yang mengkritik Belanda menyebabkan
tokoh-tokoh Indische Partij mulai diawasi dan dicurigai oleh Belanda sehingga
pemerintah menolak ketika pengurusnya mengajukan permohonan untuk memperoleh
badan hukum. Salah satu pernyataan yang mengkritik Belanda adalah tulisan
Suwardi Suryaningrat yang berjudul Als Ik eens Nederlander Was (Seandainya saya
seorang Belanda). Tulisan yang dimuat dalam surat kabar de Express itu berisi
kritikan terhadap Belanda ketik bermaksud mencari dana untuk merayakan
peringatan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda lepas dari penjajahan Perancis
1814. Akibat tulisan itu ketiga pimpinan Indische Partij ditangkap dan dihukum
dan dibuang ke negeri Belanda.
Tahun 1913 IP dinyatakan sebagai
partai terlarang. Douwes Dekker tetap berjuang dijalur politik, Suwardi
Suryaningrat lebih dikenal sebagai KI Hajar Dewantoro bergerak di lapangan
pendidikan dan Tjipto Mangunkusumo tetap dengan perjuangan radikalnya.
4. Muhammadiyah tahun 1912
Muhammadiyah
didirikan pada tanggal 18-11-1912 oleh K.H Ahmad Dahlan, seorang muslim yang
berpikiran modern. Tujuan yang ingin dicapai adalah memajukan pengajaran modern
berdasarkan Islam yang benar dan memberikan pengertian ilmu agama dan cara
hidup yang benar menurut peraturan agama. Untuk mencapai tujuan tersebut
Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah sebagai pusat pendidikan.
Dalam
bidang social, Muhammadiyah banyak mendirikan rumah sakit, rumah yatim piatu
dan meningkatkan dakwah bagi masyarakat Islam. Muhammadiyah mendapat surat
Keputusan Badan Hukum dari pemerintah pada tanggal 22 Agustus 1914. Setelah
berbadan hukum, organisasi ini mulai mendapat sambutan kalangan Islam sehingga
mulai berkembang.
Dengan
kegiatan tersebut Muhammadiyah turut mendukung perjuangan memperoleh
kemerdekaan. Peranannya dalam menumbuhkan kesadaran bangsa tentang pentingnya
kemajuan dan kemerdekaan sangat besar.
5. Perhimpunan Indonesia (PI) 1925
Berdirinya
PI berawal dari didirikannya Indische Vereninging tahun 1908 di Belanda.
Organisasi ini bersifat moderat (selalu menghindarkan perilaku atau
pengungkapan yang ekstrem) sebagai perkumpulan social mahasiswa Indonesia di
Belanda untuk memperbincangkan masalah dan persoalan tanah air. Pada awalnya
Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi social, memasuki tahun 1913, dengan
dibuangnya tokoh Indische Partij ke Belanda maka dibuatlah pokok pemikiran
pergerakan yaitu Hindis untuk Hindia yang menjadi nafas baru. Iwa
Kusumasumantri diangkat ketua menyatakan 3 azaz pokok Indische Vereeninging
yaitu :
1. Indonesia
menentukan nasibnya sendiri
2. Kemampuan
dan kekuatan sendiri
3. Persatuan
dalam menghadapi Belanda
Tahun 1925
Indische Vereeninging berubah menjadi Perhimpunan Indonesia dengan tujuannya
Indonesia Merdeka. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh aktivis PI di Belanda
maupun di Luar negeri, diantaranya ikut serta dalam kongres LIaga Demokrasi
Perdamaian Internasional tahun 1926 di
Paris, dalam Kongres itu Muhammad Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan akan
Kemerdekaan Indonesia. Demikian pula pendapat-pendapat mereka banyak
disampaikan ke tanah air. Aksi-aksi yang dilakukan menyebabkan Hatta dkk.
Dituduh melakukan pemberontakan terhadap Belanda. Karena dituduh menghasut
untuk pemberontakan terhadap Belanda maka tahun 1927 tokoh-tokoh PI diantaranya
M. Hatta, Nasir Pamuncak, Abdul Majid Djojonegoro dan Ali Sastroamijoyo
ditangkap dan diadili. Tindakan-tindakan PI dapat dikatakan radikal, radikal
adalah suatu paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan
secara keras sampai ke akarnya, mengapa bertindak radikal? Karena status
anggota PI sebagai mahasiswa membawa posisi mereka tanpa ikatan social politik
tertentu dan tidak memiliki kepentingan untuk mempertahankan kedudukan,
sehingga mereka tidak khawatir dalam bertindak, terang-terangan melwan
pemerintah Belanda. Organisasi ini juga membuat lambing untuk Indonesia
diantaranya merah putih sebagai bendera.
Semenjak
berakhirnya PD I perasaan anti kolonialis dan imperialis di kalangan pimpinan
dan anggota PI semakin menonjol, apalagi setelah ada seruan dari Presiden AS,
Woodrwo Wilson mengenai hak untuk menentukan nasib bangsa sendiri. Tahun 1925
PI semakin tegas memasuki kancah politik, yang juga didorong kebangkitan
nasionalisme di Asia-Afrika. Disamping itu, mengusahakan suatu pemerintahan
untuk Indonesia, yang bertanggungjawab kepada rakyat Indonesia semata-mata, dan
hal yang demikian itu hanya bisa 22 dicapai oleh rakyat Indonesia sendiri tanpa
mengharapkan bantuan siapapun dan pada prinsipnya yang demikian tegas, wajarlah
apabila PI menjadi satu ancaman terhadap kredibilitas pemerintah Belanda dalam
menjalankan kolonialismenya di Indonesia.
6. Partai Nasional Indonesia
Bermula
dari Mahasiswa Algemenee Studies Club di Bandung tahun 1926, Ir. Sukarno dkk
seperti Mr. Suaryo, Ali Sastroamijoyo, & Mr. Sartono bermaksud menggalang
perjuangan melalui organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Indonesia.
Sesudah
PKI dinyatakan sebagai partai terlarang oleh pemerintah Hindia Belanda akibat
pemberontakannya tahun 1926-1927, maka dirasakan perlunya wadah untuk
menyalurkan hasrat dan aspirasi rakyat yang tidak mungkin lagi ditampung oleh
organisasi-organisasi politik yang ada pada waktu itu. Sejalan dengan hal
tersebut muncul organisasi kebangsaan dengan corak politik nasionalis murni
yaitu PNI yang didirikan tanggal 4 Juli 1927.
Dalam
azasnya PNI berkeyakinan, bahwa syarat yang amat penting untuk perbaikan
kembali semua susunan pergaulan hidup Indonesia itu ialah kemerdekaan nasional.
Oleh karena itu, maka semua kekuatan haruslah ditujukan kearah kemerdekaan
nasional. Dengan kemerdekaan nasional rakyat akan dapat memperbaiki rumah
tangganya dengan tanpa gangguan.
PNI ingin
sekali melihat rakyat Indonesia bisa mencapai kemerdekaan politik untuk
mencapai pemerintahan nasional, mencapai hak untuk mengadakan undang-undang
sendiri dan megadakan aturan-aturan sendiri dalam mengadakan pemerintahan.
Kehadiran
PNI benar-benar jadi tantangan pemerintah HIndia Belanda karena organisasi ini
benar-benar menunjukkan perlawanannya. Dari azaz maupun tujuannya, terlihat
bahwa PNI merupakan organisasi politik yang ekstrim dan radikal yang tentu saja
berlawanan dengan keinginan pemerintah Belanda. Oleh karena itu, berkali-kali
tokoh-tokohnya diperingatkan agar tidak melakukan kegiatan terutama yang
berhubungan dengan massa, seperti rapat-rapat umum. Mengapa rapat-rapat umum
dilarang, karena biasanya rapat umum menarik ribuan massa untuk berkumpul.
Walaupun demikian, semangat pantang menyerah tokoh PNI tetap berkobar, bahkan
pada tanggal 17-18 Desember 1927.
3. Pembentukan Identitas Nasional Indonesia
a. Kronologi Penggunaan Istilah “Indonesia”
Penggunaan
kata atau istilah “Indonesia” menjadi sangat penting di dalam pergerakan
perjuangan bangsa Indonesia menghadapi kaum imperialis atau pemerintah kolonial
Belanda dalam upaya mencapai kemerdekaan bangsa dan Negara Indonesia. Kata
“Indonesia” telah dijadikan identitas nasional yang dapat mempersatukan seluruh
pergerakan bangsa di dalam menentang kekuasaan pemerintah colonial Belanda di
wilayah Indoneisa. Kata “Indonesia” juga telah menjadi perekat dan lambang
perjuangan bangsa Indonesia.
Perjuangan
dan pergerakan bangsa Indonesia, tidak lagi terbatas pada daerahnya
masing-masing, tetapi untuk menegakkan Indonesia. Dengan demikian, kata
“Indonesia” menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia, karena telah dapat
mempersatukan seluruh perjuangan dan pergerakan dari bangsa jawa, bangsa
Sumatra, bangsa Kalimantan, bangsa Sulawesi, dan lain sebagainya, tetapi semua
itu merupakan gerakan dan perjuangan seluruh bangsa Indonesia.
Akhirnya
ditemukan beberapa tokoh yang pernah mempergunakan istilah “Indonesia” di dalam
tulisan-tulisannya. Tokoh-tokoh ini diantaranya :
·
J.R.
Logan : seorang pegawai pemerintah Inggris di Penang. Logan menyebut isitilah
“Indonesia” di dalam suatu tulisan pada majalah yang dipimpinnya. Ia
mempergunakan istilah “Indonesia” untuk menyebut kepulauan dan penduduk
Nusantara. Ia menulis istilah itu pada tahun 1850. Artikel yang ditulis oleh
Logan tentang Indonesia, karena Indonesia memiliki potensi yang besar bagi
inggris, yaitu penduduknya yang cukup banyak dan dapat dijadikan sasaran di
dalam perdagangan hasil-hasil industrinya.
·
Earl
G. Windsor : pada tahun 1850 di dalam media milik J.R. Logan, ia menyebutkan
kata“Indonesia” bagi penduduk nusantara. Dalam tulisannya Earl Windsor
menyatakan bahwa penduduk di kepulauan Nusantara memiliki potensi yang sangat
besar di dalam perdagangan hasil industrinya, karena pada masa itu jumlah
penduduk Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
·
Adapun
tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah “Indonesia” di duni internasional
seperti Adolf Bastian (1884), Van Volenhoven, Snouck Hurgronje, Kern dan
lain-lain.
Tokoh
lainnya yaitu Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda. Dalam rapat umum yang
dilaksanakan pada bulan Januari 1924, Perhimpunan Indonesia yang semula bernama
Indische Vereeninging kemudian diganti menjadi Indonesische Vereeninging.
Dengan nama “Indonesia” berarti telah menunjukkan sikap lebih kuat sebagai
orang Indonesia dan bukan sebagai orang Hindia Belanda.
Perhimpunan
Indonesia yang berdiri di negeri Belanda, juga mempunyai majalah sebagai alat
komunikasi dan alat perjuangan. Nama majalahnya adalah Hindia Putra, kemudian
berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Kata “Merdeka” itu mengandung ungkapan
tentang tujuan dan usaha keras bangsa Indonesia untuk mencapainya. Indonesia
merdeka akan selalu hidup bebas dan merdeka. Gagasan tentang kemerdekaan tidak
ada bedanya antara perjuangan berbagai bangsa di dunia.
Dengan
demikian Indonesische Vereeninging atau Perhimpunan Indonesia merupakan
satu-satunya organisasi pergerakan bangsa Indonesia yang terus berjuang untuk
memperkenalkan istilah “Indonesia” di mata dunia Internasional. Bahkan di dalam
menghadapi kongres-kongres Liga Anti Imperialisme di Eropa selalu menggunakan
kata “Indonesia” dalam organisasinya. Dalam perkembangan selanjutnya kata
“Indonesia” dikukuhkan menjadi identitas nasional melalui Kongres Pemuda dengan
pengucapan ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Istilah “Indonesia”
tercantum dalam isi Sumpah Pemuda.
Melalui
Sumpah Pemuda itu, istilah “Indonesia” kemudian ditetapkan menjadi identitas
nasional bangsa dan Negara. Kemudian kata “Indonesia”dikukuhkan kembali melalui
kongres proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945).